Ketika Anda berwisata ke luar negeri, jangan hanya mata dan lidah yang diajak berwisata, tapi juga telinga. Tiap negara memiliki alat musik dengan bunyi yang mencerminkan karakter masyarakatnya. Berikut ini adalah delapan alat musik tradisional dari delapan negara di dunia.
- Angklung (Indonesia)
Keunikan alat musik berbahan bambu ini terletak pada cara memainkannya: tidak ditiup atau dipetik, melainkan digoyang. Di 2020, UNESCO menempatkan angklung dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Ada banyak versi tentang asal muasal alat musik ini, namun kuat dugaan bentuk primitifnya telah eksis di zaman Neolitikum. Catatan tentang angklung baru ditemukan di masa Kerajaan Sunda di abad ke-12. Masyarakat Sunda yang hidup secara agraris memainkan angklung untuk memikat Dewi Sri agar mau turun ke bumi dan menyuburkan padi.
- Tabla (India)
Instrumen perkusi ini terdiri dari dua drum dengan ukuran yang berbeda. Drum treble umumnya terbuat dari kayu dan dilapisi syahi di bagian atasnya. Layaknya beduk, bantalan pukulnya terbuat dari kulit sapi atau kulit kambing. Nada tabla diatur menggunakan tali kulit di badan drum yang disebut wadi. Drum kedua, dagga, menghasilkan dentuman bass. Tubuhnya dibuat dari kuningan atau tembaga.
- Quena (Peru)
Orang Andes mengenal empat jenis suling: pinquillo, tarka, moseno, dan yang paling sering digunakan, quena. Quena dibuat dari bambu dengan panjang 25 hingga 50 centimeter. Di tubuhnya biasanya terdapat lima sampai enam lubang jari, dan satu lubang jempol, tak jauh berbeda dari suling Indonesia. Masyarakat kadang memainkan alat musik tiup ini secara solo dalam festival-festival lokal.
- Balalaika (Rusia)
Di abad pertengahan, balalaika sering dipakai oleh skomorokhi, kelompok pelawak dengan keahlian menari, memainkan musik, dan berakting guna menghibur masyarakat. Namun di era Ortodoks Rusia, alat musik tradisional Rusia ini sempat diharamkan karena melodi nyaringnya yang dianggap mengganggu. Penampilannya sekilas mirip gitar, namun bedanya balalaika hanya memiliki tiga senar. Ada enam jenis balalaika, masing-masingnya mengeluarkan nada yang berbeda.
- Kora (Pantai Gading)
Namanya diambil dari bahasa Prancis “cora”. Alat musik ini sekilas mirip harpa. Cara memainkannya pun sama, yakni dengan memetik senar yang membentang vertikal. Kotak bunyi kora yang terbuat dari kulit sapi atau antelope berfungsi memperkuat getaran bunyi yang dihasilkan senar. Mampu menghasilkan ritme dan melodi yang cepat, kora kerap dipakai dalam pentas musik pop dan jazz di Afrika Barat. Selain di Pantai Gading, alat musik tradisional ini juga bisa dijumpai di Senegal, Gambia, Mali, dan Burkina Faso.
- Taiko (Jepang)
Dalam bahasa Jepang, taiko berarti drum besar. Alat musik ini dibuat dari kulit sapi yang dibentangkan di atas rangka kayu. Alat penabuhnya yang terbuat dari kayu diberi nama bachi. Di zaman perang, taiko lazim digunakan untuk memotivasi pasukan. Menentukan langkah barisan, ataupun sebagai intro sebelum pengumuman penting dibacakan. Kini taiko telah menjadi alat musik perkusi yang marak digunakan dalam pentas-pentas seni Jepang klasik dan kontemporer.
- Bagpipes (Skotlandia)
Bagpipes ditemukan di banyak daerah di Eropa, Teluk Persia, dan Afrika Utara. Namun Skotlandia dikenal sebagai negara yang memopulerkannya karena banyak peniup bagpipes terlatih selama Perang Dunia II berasal dari negara ini. Umumnya bagpipes dimainkan untuk mengiringi pesta dansa, namun sejak era 60-an, ia juga kerap disertakan dalam berbagai jenis pentas musik. Alat musik tiup tradisional ini mengandalkan simpanan udara yang ditiup dari semacam pipa dan ditampung dalam sebuah kantong.
- Guqin (China)
Instrumen petik tujuh senar ini telah dimainkan sejak zaman Confisius. Pada 1977, sebuah rekaman permainan guqin berjudul Flowing Water yang dibawakan Guan Pinghu (salah satu pemain guqin terbaik di abad ke-20) terpilih untuk disertakan dalam Voyager Golden Record, komplikasi rekaman musik-musik dari penjuru bumi yang dibawa pesawat luar angkasa NASA, Voyager 1 dan Voyager2. Dalam rekaman legendaris tersebut guqin menjadi karya musik petik terpanjang yang dianggap mewakili kemampuan intelektual manusia. Pada 2003, UNESCO menetapan alat musik ini sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity.
0 komentar:
Posting Komentar