Fatamorgana
merupakan sebuah fenomena optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas
seperti padang pasir atau padang es. Seringkali di gurun pasir, fatamorgana
menyerupai danau atau air. Ini sebenarnya adalah pantulan dari langit yang
dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin.
Kata
fatamorgana diambil dari bahasa Italia. Kata tersebut pada mulanya adalah nama
saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah
rupanya.
Fatamorgana
(mirage) biasa dianggap sebagai ilusi optik akibat perbedaan kepadatan udara.
Cahaya sebuah obyek dibengkokkan karena melalui dua lapisan udara dengan suhu
dan kepadatan berbeda. Akibatnya, orang tertipu melihat bayangan sebagai obyek.
Bayangan yang dihasilkan bisa buram, terbalik, atau bergelombang.
Di
masa lalu, keberadaan fatamorgana kerap dikaitkan dengan dunia magis. Beberapa
penampakan fatamorgana sekompleks
bayangan istana dalam mitos sempat dicatat berbagai jurnal. Antara lain pada 27
September 1846. Dua orang mengaku melihat bayangan kota Edinburgh di langit
Liverpool selama 40 menit. Padahal Edinburgh berada sekitar 325 kilometer utara
Liverpool. Peristiwa serupa juga dialami seorang ahli geologi Inggris. Ia
menulis melihat bayangan Toronto di langit Danau Ontario.
Daya
tarik fatamorgana memang luar biasa. Tak hanya bayangan yang dihasilkan begitu
indah dan nyata. Namun juga sulit untuk masuk ke dalam logika. Bahkan
pemandangan matahari terbenam yang begitu indah, tak lepas dari fenomena
fatamorgana. Menjelang terbenam, matahari terdistorsi hingga terbagi dua. Saat
itu seluruh atau sebagian piringan matahari berada di bawah cakrawala. Namun
sinar matahari yang terrefraksi oleh atmosfir membuat matahari terlihat di atas
cakrawala.
Fatamorgana
memang masih menyimpan banyak misteri. Bahkan para ahli pun masih belum bisa
menjelaskan secara lebih terperinci. Terutama bagaimana bisa suatu pemandangan
kota bisa terproyeksi dengan jelas di atas langit kota lain. Namun bisa jadi
misteri ini malah membuat fatamorgana menjadi lebih menarik.
Jenis-Jenis
Fatamorgana
1. Fatamorgana Inferior
Fatamorgana
inferior merupakan jenis dari fatamorgana yang paling umum terjadi. Dalam
sebuah fatamorgana inferior, sebuah objek tampak hadir seolah-olah, baik objek
sebenarnya maupun refleksinya berada di dalam genangan air. Hal ini dapat
terjadi karena ketika tanah sangat panas, panas akan diradiasikan keluar dari
dalam tanah dan menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Ketika cahaya
melewati udara dingin di atas dan masuk ke dalam udara yang lebih hangat di
bawahnya, cahaya tersebut akan dibelokkan.
Otak
kita memiliki persepsi bahwa cahaya selalu bergerak dalam garis lurus. Jadi
otak kita tidak melihat gambar fatamorgana sebagai cahaya yang dibelokkan dari
langit. Sebaliknya, otak kita berpikir cahaya pasti berasal dari sesuatu yang
berada di atas tanah. Fatamorgana terlihat seperti sebuah benda yang tercermin
dalam air karena cahaya yang biasanya bergerak ke tanah, dibelokkan dan
bergerak ke mata, menciptakan citra ganda.
Fatamorgana
inferior biasanya terlihat di jalan beraspal selama hari-hari yang panas dan
cerah, dan sering terlihat seperti genangan air di permukaan jalan tersebut.
2. Fatamorgana Superior
Fatamorgana
superior biasanya muncul di atas cakrawala karena udara dingin terletak di
bawah udara hangat. Biasanya muncul di atas es atau air yang sangat dingin.
Dalam jenis fatamorgana ini, objek tampak jauh lebih tinggi daripada posisi
aslinya. Contoh dari jenis fatamorgana ini adalah gambaran pulau melayang yang
biasa dilihat oleh para pelaut. Fatamorgana superior paling sering terlihat di daerah kutub karena di
sana terdapat sejumlah besar es dan air yang sangat dingin. Kita juga sering
dapat mengamati fatamorgana jenis ini saat matahari sedang terbenam di
cakrawala, dimana matahari muncul di atas posisi yang sebenarnya dan bahkan
kadang-kadang berada dalam posisi terbalik.
Proses
Terjadinya Fatamorgana
Fatamorgana
seringkali terjadi di sekeliling kita. Fatamorgana merupakan pantulan cahaya
oleh lapisan udara yang sangat panas akibat pemanasan Bumi. Benda dan bayangan
pantulannya terlihat seperti pemukaan air.
Fatamorgana
sering terjadi di gurun pasir, jalan-jalan beraspal, dan lautan. Dalam kajian
fisika, prinsip terjadinya fatamorgana berawal dari proses pembiasan yang
terjadi pada dua medium melalui lapisan-lapisan udara yang memiiki perbedaan
suhu.
Proses
terjadinya fatamorgana berawal dari adanya perbedaan kerapatan antara udara
dingin dan udara panas. Udara dingin memiliki kerapatan lebih pekat dan lebih
berat dibandingkan udara panas. Dalam kenyataannya, lapisan udara yang panas
yang ada di dekat tanah terperangkap oleh lapisan udara yang lebih dingin di
atasnya. Cahaya dibiaskan ke arah garis horisontal pandangan dan akhirnya
berjalan ke atas karena pengaruh internal total.
Pemantulan
internal total (total internal reflection) adalah proses pemantulan seberkas
cahaya pada permukaan batas antara satu medium dengan medium yang lain yang
indeks biasnya lebih kecil, jika sudut datang ke medium kedua melebihi suatu
sudut kritis tertentu. Dengan demikian, cahaya berjalan di dalam medium yang
memiliki indeks bias yang tinggi seperti air, kaca, dan plastik ke medium yang
memiliki indeks bias lebih rendah seperti udara. Akibatnya gambar dengan sifat
semu dan terbalik akan membentuk fatamorgana.
Pada
siang hari, sinar matahari sangat terik sehingga membuat jalan beraspal yang
hitam menjadi sangat panas. Aspal yang panas itu akan meradiasikan panas
sehingga udara di sekitar jalan menjadi sangat panas. Udara panas tersebut akan
memantulkan bayangan langit biru dan awan-awan seperti halnya kolam berisi air.
Seperti itulah fatamorgana. Hal yang sama juga terjadi di gurun pasir.
Kenapa
udara panas dapat membentuk bayangan langit? Hal tersebut dikarenakan adanya
proses pembiasan (pembelokan cahaya). Akibat panas aspal atau gurun pasir,
udara di atasnya berlapis-lapis. Tiap lapisan suhunya berbeda, makin dekat
dengan aspal atau gurun pasir makin panas. Sinar yang berasal dari langit atau
awan akan mengalami pembiasan berantai (sinarnya dibelokkan) oleh
lapisan-lapisan itu, sampai akhirnya sinar ini berbalik ke atas (orang sering
menyebutnya sebagai pemantulan total).
Ketika sinar tersebut
mengenai mata orang, maka orang akan melihatnya sebagai sesuatu yang kebiruan
muncul dari aspal atau gurun pasir (seperti kolam air). Sehingga, fatamorgana
bukan karena mata kelelahan. Fenomena ini nyata dan dapat difoto. Yang menjadi
masalah adalah kesalahan interpretasi di otak kita.
ini yg sering dikira sebuah oasis oleh para penjelalah gurun pasir...
BalasHapus